Kamis, 24 April 2014

Suksesi, Ekologi Hewan


MAKALAH EKOLOGI HEWAN
SUKSESI
logo-unp.jpg



Oleh :
Kelompok 1 (Bioma)
Rival Mulyadi
Fitri Nurhidayati







JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014

KATA PENGANTAR
Segala puji penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan dan kesehatan pada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “suksesi”.
Salawat beserta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi seluruh umat di dunia.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak akan selesai tanpa dukungan, nasehat dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Selanjutnya tak ada gading yang tak retak, atas segala kesalahan yang dilakukan oleh penulis dalam penulisan makalah ini penulis mohon maaf. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan penulisan makalah di masa yang akan datang.

Padang,  Maret  2014

Tim Penulis














BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar kata suksesi. Namun istilah suksesi sudah dikenal sejak lama dalam komunitas baik hewan maupun tumbuhan
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam komunitas dapat dengan mudah diamati dan seringkali perubahan itu berupa pergantian satu komunitas oleh komunitas lain. Dapat kita lihat misalnya pada sebidang kebun jagung yang setelah panen ditinggal dan tidak ditanami lagi. Disitu akan bermunculan berbagai jenis tumbuhan gulma yang membentuk komunitas. Apabila lahan itu dibiarkan cukup lama, dalam komunitas yang terbentuk dari waktu ke waktu akan terjadi pergantian komposisi jenis. Bila kita amati dalam urun waktu tertentu akan terlihat bahwa komunitas yang terbentuk pada akhir kurun waktu tersebut akan berbeda, baik komposisi jenis maupun strukturnya, dengan komunitas yang terbentuk pada awal pengamatan. Pada masa awal dapat saja komunitas yang terbentuk tersusun oleh tumbuhan terna (seperti badotan, rumput pahit, rumput teki, dan sebagainya). Tetapi beberapa tahun kemudian di tempat yang sama, yang terlihat adalah komunitas yang sebagian besar tersusun oleh tumbuhan perdu dan pohon (seperti kirinyu, senduduk, laban, dan sebagainya), atau dapat pula hanya terdiri atas alang-alang. Bila tidak terjadi gangguan apapun selama proses tersebut berjalan akan terlihat bahwa perubahan itu berlangsung ke satu arah.
Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai homeostatis. Ini dapat diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan internalnya sebagai akibat dari tanggap (response) yang terkoordinasi dari komponen-komponennya terhadap setiap kondisi atau rangsangan yang cenderung mengganggu kondisi atau fungsi normal komunitas. Jadi bila suatu komunitas telah mencapai klimaks, perubahan yang searah tidak terjadi lagi, meskipun perubahan-perubahan internal yang diperlukan untuk mempertahankan kehadiran komunitas berlangsung secara sinambung.
    Konsep yang menyatakan bahwa suksesi berlangsung secara teratur, pasti, terarah, dapat diramalkan, dan berakhir dengan komunitas klimaks merupakan konsep lama yang umumnya masih diikuti dan diterima. Menurut konsep mutakhir suksesi ini tidak lebih dari pergantian jenis yang oportunis (jenis-jenis pionir) oleh jenis-jenis yang lebih mantap dan dapat menyesuaikan secara lebih baik dengan lingkungannya. Meskipun demikian uraian tentang suksesi dalam tulisan ini masih berpaling pada konsep lama.
    Dalam suksesi dikenal suksesi primer dan suksesi sekunder. Perbedaan antara dua macam suksesi ini terletak pada kondisi habitat pada awal proses suksesi terjadi.

Banyak jurnal dan hasil penelitian biologiekologi hutan, dan kehutanan telah membahas tentang masalah suksesi tumbuhan yang terjadi secara bertahap dalam komunitas tumbuh-tumbuhan. Arah suksesi ini, akhirnya mencapai "titik maksimal" dalam proses perubahan-perubahan tersebut. Namun titik maksimal ini dapat saja berubah "menurun" bila di kemudian hari terjadigangguan-gangguan dalam komunitas hewan itu.
B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang diungkapkan adalah:
1.      Apakah itu perubahan komunitas (suksesi) dan konsep dari perubahan komunitas (suksesi) itu sendiri ?
2.      Bagaimana dengan tipe-tipe suksesi dan contoh-contohnya ?
3.      Bagaimana interaksi dalam ekosistem ?
4.      Apa yang dimaksud suksesi menurut proses markov ?

C.    Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu yang dimaksud dengan perubahan komunitas (suksesi),konsep suksesi,tipe-tipe suksesi.

D.    Manfaat penulisan
Manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.      Memberikan pengetahuan bagaimana suksesi dan tahap-tahap suksesi serta tipe dan contoh suksesi tersebut.
2.      Mengetahui bagaimana suksesi tersebut mencapai fase klimaks
3.      Mengetahui suksesi sebagai proses markov
4.      Mengetahui berbagai interaksi bioti





BAB II
PEMBAHASAN
Suksesi vegetasi adalah: urutan proses pergantian komunitas tanaman di dalam satu kesatuan habitat, sedangkan menurut Salisbury adalah kecenderungan kompetitif setiap individu dalam setiap fase perkembangan sampai mencapai klimaks, dan menurut Clements adalah proses alami dengan terjadinya koloni yang bergantian, biasanya dari koloni sederhana ke yang lebih kompleks.  Adanya  pergantian komunitas cenderung mengubah lingkungan fisik sehingga habitat cocok untuk komunitas lain sampai keseimbangan biotik dan abiotik tercapai.
Suksesi tumbuhan adalah penggantian suatu komunitas tumbuh-tumbuhan oleh yang lain. Hal ini dapat terjadi pada tahap integrasi lambat ketika tempat tumbuh mula-mula sangat keras sehingga sedikit tumbuhan dapat tumbuh diatasnya, atau suksesi tersebut dapat terjadi sangat cepat ketika suatu komunitas dirusak oleh suatu faktor seperti api, banjir, atau epidemi serangga dan diganti oleh yang lain. perkembangan ekositem atau apa yang lebih sering disebut sebagai suksesi ekologi dapat ditakrifkan dari 3 parameter berikut ini:
1)   Suatu proses perkembangan komunitas yang teratur yang meliputi perubahan-perubahan dalam struktur jenis dan proses-proses komunitas dengan waktu;hal ini agak terarah dan karenanya dapat diramalkan
2)   Diakibatkan oleh perubahan lingkungan fisik oleh komunitas;yakni suksesi itu dikendalikan komunitas walaupun lingkungan fisik menentukan polanya, laju perubahan dan sering menetapkan batas-batas seperti misalnya berapa jauh perkembangan itu dapat berlangsung.
3)   Masalah itu memuncak dalam ekosistem yang dimantapkan dalam mana biomas maksimum (atau kandungan informasi yang tinggi) dan fungsi secara simbiotik antara makhluk dipelihara persatuan arus yang tersedia
Suksesi vegetasi adalah: urutan proses pergantian komunitas tanaman di dalam satu kesatuan habitat(Odum : 1971).
Clements (1974) membedakan 6 sub komponen dalam proses suksesi yaitu:
1. Nudasi         : terbukanya lahan, bersih dari vegetasi
2. Migrasi        : tersebarnya biji
3. Eksesi          : proses perkecambahan, pertumbuhan dan reproduksi
4. Kompetisi    : adanya pergantian spesies
5. Reaksi         : perubahan habitat karena aktivitas spesies
6. Klimaks       : komunitas stabil
Beberapa ahli berpendapat bahwa proses suksesi selalu progresif (selalu meng-alami kemajuan), sehingga membawa pengertian ke dua hal:
1.            Pergantian progresif pada kondisi tanah (habitat) yang biasanya pergantian itu dari habitat yang ekstrim ke optimum untuk pertumbuhan vegetasi.
2.            Pergantian progresif dalam bentuk pertumbuhan (life form).
Namun demikian perubahan-perubahan vegetasi tersebut bisa mencakup hi-langnya jenis-jenis tertentu dan dapat pula suatu penurunan kompleksitas struktural sebagai akibat dari degradasi setempat. Keadaan seperti itu mungkin saja terjadi mi-salnya hilangnya mineral dalam tanah. Perubahan vegetasi seperti itu dapat dikatakan sebagai suksesi retrogresif atau regresi (suksesi yang mengalami kemunduran).
Konsep lama tentang suksesi menyatakan bahwa suksesi berlangsung secara teratur, pasti, terarah, dapat diramalkan, dan berakhir dengan komunitas klimaks, kon-sep ini masih diterima. Sedangkan menurut konsep mutakhir, suksesi ini tidak lebih dari pergantian jenis-jenis pionir oleh jenis-jenis yang lebih mantap dan dapat menyesuai-kan secara lebih baik dengan lingkungannya.

Di alam terdapat dua macam suksesi yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder:
A.Suksesi primer
Suksesi primer ini diawali tumbuhnya tumbuhan pionir, biasanya berupa lumut kerak. Lumut kerak mampu melapukkan batuan menjadi tanah sederhana. Lumut kerak yang mati akan diuraikan oleh pengurai menjadi zat anorganik. Zat anorganik ini memperkaya nutrien padatanah sederhana sehingga terbentuk tanah yang lebih kompleks. Benih yang jatuh pada tempat tersebut akan tumbuh subur. Setelah itu. akan tumbuh rumput, semak, perdu, dan pepohonan. Bersamaan dengan itu pula hewan mulai memasuki komunitas yang haru terbentuk. Hal ini dapat terjadi karena suksesi komunitas tumbuhan biasanya selalu diikuti dengan suksesi komunitas hewan.
Secara langsung atautidak langsung. Hal ini karena sumber makanan hewan berupa tumbuhan sehingga keberadaan hewan pada suatu wilayah komunitas tumbuhan akan senantiasa menyesuaikan diri dengan jenis tumbuhan yang ada. Akhirnya terbentuklah komunitas klimaks atau ekosistem seimbang yang tahan terhadap perubahan (bersifat homeostatis).Salah satu contoh suksesi primer yaitu peristiwa meletusnya gunung Krakatau. Setelah letusan itu, bagian pulau yang tersisa tertutup oleh batu apung dan abu sampai kedalaman rata – rata 30 m(Prawihartono,1966)
B.Suksesi sekunder
Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat kehidupan / substrat seperti sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari komunitas pionir.
Gangguan yang menyebabkan terjadinya suksesi sekunder dapat berasal dari peristiwa alami atau akibat kegiatan manusia. Gangguan alami misalnya angina topan, erosi, banjir, kebakaran, pohon besar yang tumbang, aktivitas vulkanik, dan kekeringan hutan. Gangguan yang disebabkan oleh kegiatan manusia contohnya adalah pembukaan areal hutan.
Penyebab Suksesi:
1. Iklim
            Tumbuhan tidak akan dapat teratur dengan adanya variasi yang lebar dalam waktu yang lama. Fluktuasi keadaan iklim kadang-kadang membawa akibat rusaknya vegetasi baik sebagian maupun seluruhnya. Dan akhirnya suatu tempat yang baru (kosong) berkembang menjadi lebih baik (daya adaptasinya besar) dan mengubah kondisi iklim. Kekeringan, hujan salju/air dan kilat seringkali membawa keadaan yang tidak menguntungkan pada vegetasi.
2. Topografi
            Suksesi terjadi karena adanya perubahan kondisi tanah, antara lain:
 Erosi:
            Erosi dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses erosi tanah menjadi kosong kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin (migrasi) dan akhirnya proses suksesi dimulai.
 Pengendapan (denudasi):
            Erosi yang melarutkan lapisan tanah, di suatu tempat tanah diendapkan sehingga menutupi vegetasi yang ada dan merusakkannya. Kerusakan vegetasi menyebabkan suksesi berulang kembali di tempat tersebut.
3. Biotik
            Pemakan tumbuhan seperti serangga yang merupakan pengganggu di lahan pertanian demikian pula penyakit mengakibatkan kerusakan vegetasi. Di padang penggembalaan, hutan yang ditebang, panen menyebabkan tumbuhan tumbuh kembali dari awal atau bila rusak berat berganti vegetasi.
Ada beberapa macam tipe suksesi yaitu:
1.      Hidrosere:
Tipe suksesi yang berkembang di daerah (habitat) perairan yang biasanya disebut Hidrarch. Vegetasi yang sering berganti dalam hidrarch disebut hidrosere. Suksesi ini dapat terjadi di telaga , rawa , kolam air , dengan urutan stratifikasi tumbuhan dari tengah perairan sebagai berikut :Hydrilla , Teratai , Tifa , Marsilea , rumput , semak , pohon besar.
2.      Halosere:Suksesi yang dimulai pada tanah bergaram atau air asin.
3.      Xerosere:Suksesi vegetasi yang berkembang dalam daerah xerik atau kering, biasanya disebut xerarch.Ada dua macam yaitu:
·         Psammosere : suksesi vegetasi yang dimulai pada daerah berpasir.
·         Lithosere     : suksesi vegatasi yang dimulai pada batuan.
Suksesi xerik biasanya terjadi pada lahan yang tinggal batuan induknya saja. Dengan demikian tumbuhan yang mampu hidup disitu harus tumbuhan yang tahan kering dan mampu hidup di tanah miskin. Tumbuhan yang biasanya merupakan pioner adalah lumut kerak (Lichenes) dalam bentuk lapisan kerak. Dalam proses respirasi Lichenes akan mengeluarakan CO2 dan akan bereaksi dengan H2O sehingga menjadi H2CO3. Asam karbonat ini akan bereaksi dengan bahan-bahan dari batuan induk sehingga melepaskan ikatan partikel batuan. Partikel batuan yang lepas itu akan bereaksi dengan sisa-sisa Lichenes yang mengalami pembusukan, mengikat N yang terbawa oleh air hujan. Kondisi seperti itu tidak sesuai lagi bagi lumut kerak sehingga lumut kerak mati. Setelah itu akan muncul vegetasi jenis lain yaitu Thallus (Thallophyta). Begitu seterusnya vegetasi pertama akan memberikan pengaruh pada habitat yang tidak cocok untuk vegetasi kedua. Urut-urutan terjadinya proses ini:
Lumut kerak——-lumut kerak berdaun——–lumut ——— rumput-rumputan (herbaceus) ——— semak-semak (shrubs) ——- pohon-pohonan.
Tidak semua proses suksesi xerik seperti di atas. Kalau habitat permukaannya merupakan pasir maka akan dimulai oleh rumput tahan kering, baru kemudian semak dan pohon-pohonan
1. Teori monoklimaks:
Dalam teorinya pada tahun 1916 Clements menyatakan bahwa komunitas klimaks untuk suatu kawasan semata-mata merupakan fungsi dari iklim. Dia memperkirakan bahwa pada waktu yang cukup dan bebas dari berbagai pengaruh gangguan luar, suatu bentuk umum vegetasi klimaks yang akan terbentuk untuk setiap daerah iklim yang sama. Dengan demikian sangat menentukan batas dari formasi klimaks. Pemikiran ini difahami sebagai teori monoklimaks. Teori ini dipelopori oleh Clements yang menyatakan bahwa teori klimaks berkembang dan terjadi hanya satu kali. Hal ini merupakan klimaks klimatik di suatu wilayah iklim utama. Clements dan para pendukungnya dari teori monoklimaks ini tidak melihat kenyataan bahwa banyak sekali variasi lokal dalam suatu vegetasi yang telah berada dalam suatu bentuk klimaks di suatu daerah iklim tertentu. Variasi-variasi ini oleh Clements dianggap fasa seral meskipun berada dalam keadaan yang stabil. Clements menganut teori klimaks ini didasarkan pada keyakinan akan waktu yang panjang, dimana perbedaan-perbedaan lokal dari suatu vegetasi akibat kondisi tanahnya akan tetap berubah menjadi bentuk vegetasi regionalnya apabila diberi waktu yang cukup lama.
2. Teori poliklimaks:
Klimaks merupakan keadaan komunitas yang stabil dan mandiri sehingga pada suatu habitat dapat terjadi sejumlah klimaks karena kondisi selain iklim yang berbeda. Beberapa pakar ekologi berpendapat bahwa teori monoklimaks terlalu kaku. Tidak memberikan kemungkinan untuk menerangkan variasi lokal dalam suatu komunitas tumbuhan. Dalam tahun 1939, Tansley, seorang pakar botani dari Inggris mengusulkan suatu teori alternatif yaitu teori poliklimaks, dengan teori ini memungkinkan untuk mendapat mosaik dari bentuk klimaks dari setiap daerah iklim. Dia menyadari bahwa komunitas klimaks erat hubungannya dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya, yaitu meliputi tanah, drainage, dan berbagai faktor lainnya. Teori poliklimaks mengenal kepentingan dari iklim, tetapi faktor lain hendaknya jangan dipandang sebagai fenomena yang bersifat temporal. Teori poliklimaks mempunyai keuntungan yang besar, dalam memandang semua komunitas tumbuhan yang sifatnya stabil bisa dianggap bentuk klimaks.

4.       Psammosere   : suksesi vegetasi yang dimulai pada daerah berpasir.
5.       Lithosere        : suksesi vegatasi yang dimulai pada batuan.
6.      Serule:Suksesi untuk mikroorganisme (bakteri, fungsi) dalam sisa-sisa produsen/konsumen. (Shukla : 1980)
 Perubahan komunitas hewan di dalam suksesi sulit diamati , karena hewan bersifat mobil artinya terus bergerak masuk dan keluar kedalam lingkungan yang sedang mengalami suksesi. Proses suksesi komunitas hewan yang mungkin dapat diamati adalah komunitas yang hidup di batang pohon yang mati. (Susanto : 2000)
C.Interaksi Biotik
            Hubungan antar individu itu bermacam macam:
1.      Simbiosis
Hubungan antar individu dari dua jenis organisme yang keduanya selalu bersama sama.
2.      Kompetisi
 Hubungan antara dua individu untuk memperebutkan satu macam sumber daya sehingga hubungan itu bersifat merugikan bagi salah satu pihak.
3.      Predatorisme
Hubungan yang terjadi jika hewan hewan sesama anggota jenis organisme memakan yang lain.Contohnya:Harimau memangsa rusa. (Susanto: 2000)
E.Suksesi Sebagai Proses Markov
Proses Markov merupakan suatu proses stokastik yang menyatakan bahwa peluang keadaan dari proses pada waktu mendatang tidak dipengaruhi oleh keadaan pada waktu-waktu yang lampau, tetapi hanya kejadian yang langsung mendahuluinya saja. Atau dengan kata lain, proses Markov merupakan proses dimana masa depan tidak tergantung pada sejarah masa lalu tetapi hanya tergantung pada keadaan sekarang.

























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Suksesi adalah rangkaian perubahan mulai dari ekosistem tanaman perintis hingga mencapai ekosistem klimaks. Proses suksesi berakhir dengan sebuah ekosistem klimaksatau telah tercapai  keadaan seimbang (homeostasis).

B.     Saran
            Penulis menyadari bahawa masih banyak kekurangn terhadap makalah ini, maka penulis mengharapakan kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca

















DAFTAR PUSTAKA

Odum , Howard T. 1971. Ekologi Sistem Suatu Pengantar. Yogyakarta : Universitas Gadjah        Mada Press
Prawirohartono, S. 1996. Sains Biologi. Jakarta : Bumi Aksara
Shukla , R.S and Chandel , P.S. 1980. Plant Ekology and Soil Science. Ram Ragar : S Chanand Company Ltd.
Susanto, Pudyo. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta: Dirjen Dikti    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar